Teguh Santoso
Saat kulihat begitu kerasnya kehidupan di dunia ini, terpikir oleh ku untuk melakukan perubahan di dunia ini. Sebuah harapan yang mungkin tak akan pernah terwujud oleh siapapun. Kini aku akan siap terjun ke dunia yang keras tersebut, aku akan “merubah dunia”.
Aku adalah serang siswa di sebuah SMA di Yogyakarta yang memiliki impian sangat besar. Kini aku duduk di bangku SMA kelas 3 semester 2, dan ini adalah saat saat penentuan kelulusanku. Saat ini hatiku sangat berdebar menunggu pengumuman kelulusan di sekolah ku ini. Rasanya tak sabar menunggu, detik demi detik berlalu dengan kecemasan yang mendalam.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya orng tuaku keluar dari ruang kelas membawa sebuah amplop putih. Aku segera datang dan membuka amplop tersebut, dan aku sangat terkejut karena dalam amplop itu tercetak tulisan “LULUS”. Saat itu aku sangat bahagia hingga aku lupa bahwa tantangan berikutnya akan lebih mendebarkan dan mengerikan.
Dua bulan setelah kelulusanku, aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Akhirnya aku memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dan dari sinilah petualangan ku untuk mewujudkan impianku akan di mulai.
Akhirnya aku sampai di Jakarta, sangat berbeda dengan kampung halamanku yang tenang dan sejuk. Di Jakarta sangat ramai dan sangat panas, tetapi aku harus memulai membiasakan diri. Setelah lama mencari akhirnya aku mendapatkan sebuah rumah yang disewakan dengan murah. Rumah tersebut tidak terlalu besar, rumah yang sederhana dengan dua kamar tidur, sebuah kamar mandi dan dapur. Aku mulai berkenalan dengan tetangga ku, salah satunya adalah Dadang. Dadang adalah seorang teman yang sangat baik, mudah bergaul, dan sangat akrab denganku.
Sudah satu minggu aku tinggal di tempat itu, kini aku harus memulai mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Berbagai perusahaansudah ku kirimi surat lamaran pekerjaan tetapi belum ada balasan dari mereka. Hangga suatu hari ada seorang pengantar surat datang ke rumahku membawakan sebuah kabar bahagia. Ku baca surat itu, dan ternyata isinya adalah surat panggilan dari sebuah perusahaan yang bernama perusahaan “Putra Bangsa”. Sebuah perusahaan percetakan yang tidak terlalu besar.
Keesokan harinya aku berangkat menuju perusahaan tersebut di antar oleh Dadang dengan sepeda motor tuanya. Aku melakukan wawancara dan akhirnya aku di terima di perusahaan itu sebagai sales man. Hari pertama aku bekerja, aku di suruh berkeliling untuk menjual Buku. Pada awalnya ku kira pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mudah, tetapi aku salah, pekerjaan itu tidaklah mudah, aku harus pandai pandai berbicara dan meraru pelanggan agar membeli buku yang ku jual. Setelah seharian berkeliling aku hanya dapat menjual 4 Buku, hal itu tak sesuai dengan harapanku.
Akhirnya aku pulang dengan membawa kekecewan dan rasa letih setelah berjalan seharian. Malamya aku pegi kerumah Dadang untuk ngobrol, dirumahnya hanya ada istrinya dan seorang anaknya. Kami mengobrol hingga larut malam. Dia menceritakan tentang kesulitan dalam hidupnya, tetapi ada satu kata yang akan selalu aku ingat dari ceritanya, yaitu “aku tidak akan menyerah sebelum impianku terwujud” kata kata itu akan selalu ku ingat. Tak terasa sudah larut malam, akhirnya aku pulang kerumah untuk tidur.
Hari hari telah ku lewati dengan penuh tantangan dan kesulitan, dan selalu dapat aku jalani dengan baik. Hingga suatu hari, aku hendak ingin ke kamar mandi. Aku menitipkan daganganku kepada seorang pengmen jalanan. Saat aku kembali untuk mengambil dagangan ku aku sudah tidak menemukan pengamen itu dan juga dagangan ku. Aku sangat menyesal pasti pengmen itu membawanya daganganku. Aku berusaha mencarinya kesana kemari tapi aku tak menemukannya.
Akhirnya aku kembali ke perusahaan tempatku bekerja, saat itu aku sangat takut. Dan benar saja aku dimarahi, di bentak, dan di caci maki oleh atasanku. Dan yang terburuk dari semua itu adalah aku DI PECAT. Aku sangat kecewa, marah, menyesal dan sedih. Akhirnya aku pulang ke rumah dan kangsung tidur, tak ada secuil senyum di malam itu.
Berhari hari aku hanya di rumah saja, meratapi hidup yang keras dan kejam dengan penuh penyesalan yang ada. Dadang datang kerumahku dia banyak menasehati ku dan dia berkata “semua ini bukanlah sebuah akhir, ini barulah sebuah awal dari pengejaran impianmu” aku mulai sadar. Lalu dia mengajakku pergi ke sebuah tempat, tempat itu penuh dengan gubuk gubuk yang kumuh dan bau. Di tempat itu aku melihat sebuah keluarga kecil yang miskin. Mereka tak bersedih dengan keadaan mereka.
“Lihatlah mereka miskin tapi mereka bahagia dan tak pernah bersedih sepertimu” kata Dadang. Aku hanya merasa malu mendengarkan perkataannya.
“Kini aku sadar” kataku dan segera meninggalkan tempat itu dan Dadang mengikutiku.
Di perjalanan pulang kami berdua banyak berdiskusi tentang rencanaku. Kami berdua berniat membuat sebuah restoran, dan kami akan berjuang untuk mendapatkan impian kami.
Hari demi hari berlalu dari membangun sebuah kedai yang kecil kami berdua berhasil membangun sebuah restoran yang cukup besar. Walaupun sering terjadi kegagalan ataupun rintangan kami tetap terus mencoba dan mencoba tanpa menyerah dan putus asa. Kami berusaha untuk mewujudkan impian kami berdua. Dengan berpedoman dari kata katanya “aku tidak akan menyerah sebelum impianku terwujud” itulah yang terus membakar semangat kami hingga kini.
Saat ini kami berhasil mendirikan sebuah restoran yang besar dan kini sudah memilki 25 cabang di seluruh indonesia. Kami bersyukur atas keberhasilan kami. Dan aku memang tak berhasil untuk “mengubah dunia” tapi setidaknya aku berhasil mengubah duniaku, dan agar dunia berubah, mereka yang hidup di dunia yang kejam ini juga harus bisa merubah dunia mereka sendiri dengan selalu bersyukur dan berusaha.
SELESAI